Kupang, mediantt.com – Ada terobosan baru yang dilakukan Politeknik Negeri Kupang dengan Pusat Pelatihan kerajinan Rakyat Nice Handycraft. Kedua lembaga ini menjalin kerjasama dengan menggelar Iptek Bagi Masyarakat, dengan diversifikasi handicraft atau kerajinan tangan berbasis limbah percah kain tenun ikat.
“Kegiatan bersama ini bagian skema pengabdian masyarakat yang merupahkan Tri Dharma dari 3 tugas utama pengabdian dosen. Sebelumnya proposal telah dikompetisikan di tingkat nasional dan bagian dari program Kemenristekdikti RI,” kata Wakil Politeknik Negeri Kupang, Petricia Widiasari Sudarmadji, Dosen Teknik Elektro kepada wartawan, Selasa (19/6).
Ia mengatakan, sasaran pelatihan bagi kerajinan tangan limbah percah tenun ikat, karena masyarakat NTT, juga para PNS dan karyawan BUMN, diwajibkan memakai tenun ikat sesuai Perda.
“Limbah perca tenun ikat cukup menyumbang jumlah sampah yang cukup banyak dan tidak digunakan lagi, maka diambil langkah untuk digunakan kembali sebagai bahan dasar pembuatan aksesoris berupa kalung, tas dan aksesoris lain,” jelas Ptricia.
Ditanya mengapa memilih Nice Handycraft, Petricia menjelaskan, karena pengalaman telah banyak membuktikan bahwa sejak tahun 2008, Nice handicraft telah banyak mendidik dan melatih masyarakat untuk memproduksi kerajinan tangan. “Nice Handycraft juga telah memilliki legalitas lembaga pelatihan yang terpercaya,” ujarnya.
Pelatihan berlangsung dari 19-20 Juni 2017, diperuntukkan bagi ibu rumah tangga, anak putus sekolah dan masyarakat di sekitar lokasi pelatihan di Jalan Vetnai, Kelurahan Oebufu, Kota Kupang, dengan jumlah peserta 15 orang.
Mereka diberikan pelatihan dengan skema kewirausahaan sehingga dapat menentukan sendiri harga jual kerajinan yang dihasilkan dan tetap melanjutkan karya mereka sendiri.
Pendiri dan Instruktur Nice Handycraft, Nining Suwardi, mengaku sangat bersyukur bisa bekerja sama dengan Politeknik Negeri Kupang. Ia berharap kerjasama seperti ini masih bisa dilanjutkan di tahun mendatang.
Salah satu peserta pelatihan, Marni Belak, sangat antusias mengikuti pelatihan tersebut. Kata dia, saat ini ia sudah merasakan hasil penjualan kerajinan tangan seperti kalung, tas dan kerajinan lainnya yang bisa mencapai omzet Rp 2 juta per bulan. Mirna berharap ada tempat lain yang bisa digunakan untuk penjualan aksesoris dan pemerintah dapat mendukung usaha kecil. (rb)
Ket Foto : Wakil Politeknik Negeri Kupang, Petricia Widiasari Sudarmadji foto bersama peserta pelatihan.