Peserta Extensive Reading Virtual Workshop
KUPANG – Untuk mendukung Gerakan Literasi Nasional sekaligus bulan Bahasa Nasional, Program studi (Prodi) Pendidikan Bahasa Inggris (BING) Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, menyelenggarakan Extensive Reading Virtual workshop.
Dalam rilis dari dosen FISIP Unwira, Mikhael Rajamuda Bataona, kegiatan ini juga diselenggarakan dalam rangka memperingati Bulan Oktober sebagai bulan Bahasa Nasional. Sebagai salah satu bentuk peringatan bulan bahasa tersebut, pada Sabtu 30 Oktober 2021, Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Unwira menggelar workshop bertajuk “Extensive Reading”.
Ketua Program Studi Bahasa Inggris,
Dr. Elvis Albertus Bin Toni, S.Pd, MA,
menjelaskan, workshop ini merupakan sebuah kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang terselenggara atas kerja sama Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Unwira dengan Regional English Language Offic (RELO) e-US Embassy, Indonesian Extensive Reading Association, dan Extensive Reading Foundation (ERF). Peserta workshop adalah para Guru bahasa Inggris yang diseleksi dan berasal dari beberapa wilayah kabupaten/kota di NTT.
“Peserta workshop ini adalah 37 orang guru Bahasa Inggris yang berasal dari beberapa wilayah di NTT. Para peserta ini dipilih melalui sebuah proses seleksi,” jelas Dr. Elvis.
Menurut dia, tujuan dari workhop ini yaitu untuk memperkenalkan kepada guru-guru Bahasa Inggris apa itu extensive reading dan dua aplikasi sumber bacaan elektronik yakni M-reading dan X-Reading. “Akan tetapi misi besar dari workhop ini adalah untuk mendukung gerakan literasi nasional yang terus-menerus didengungkan,” tegasnya.
Kegitan ini dimulai dengan sapaan pembukaan oleh Dr. Elvis Albertus bin Toni, S.Pd,MA, Ketua Prodi PBI Unwira, lalu diikuti sapaan dari Dr. BradleyHorn-Direktur RELO, dan Prof. Thomas Robb-Ketua ERF.
Ada tiga Pembicara kunci dalam workhop ini antara lain Prof Emeritus Thomas Robb dari Kyoto Sango University-Jepang, Ibu Rika Rachmita Sujatma, Kepala SMAN 1 Kalijaga – Jawa Barat, dan Romo Nani Sonkares, Guru Bahasa Inggris Seminari St. Yohanes Berchmans-Todabelu Mataloko.
Dalam pemamparannya Prof Thomas menjelaskan apa itu extensive reading dan mengapa orang butuh extensive reading. Paparannya menekankan bahwa dalam konteks pembelajaran di sekolah melakukan extensive reading sama dengan memberi kesempatan kepada meningkatakan kemampuan berbahasa karena mereka akan berulang-ulang bertemu dengan kata-kata yang sama dan struktur bahasa yang sama.
Giliran berikut, Ibu Rika menceriterakan pengalamannya saat pertama kali bergelut dengan proyek Extensive Reading. Awalnya, ia bertemu dengan Prof Thomas Robb, Ketua Extinsive Reading Foundation di sebuah konferensi. Pertemuan mereka merupakan titik awal ia menaru kecintaannnya pada extensive reading. Perjumpaan itu pun membawa berkah. Ia mendapat grant dari extensive reading Foundation untuk menjalankan sebuah proyek extensive reading.
Dia memulai proyek ini di sekolah tempat mengabdi. Awalnya banyak tantangan karena kesadaran membaca masyarakat, termasuk guru-guru di sekolah masih sangat rendah. “Langkah awal yang saya lakukan adalah mengajak guru-guru di sekolah untuk menggunakan X-Reading. Ternyata usaha ini berhasil. Setelah itu dengan bantuan rekan-rekan guru, saya mulai memperkenalkan extensive reading kepada para siswa/i di sekolah. Hasilnya cukup menakjubkan. Banyak anak menjadi termotivasi untuk membaca,” jelas dia.
Sementara itu, Romo Nani berbagi pengalamannya tetang penggunaan aplikasi M-Reading di Seminari Mataloko. Menurut Romo Nani, dengan penggunaan aplikasi ini anak-anak seminari berlomba-lomba untuk membaca.
Setelah sesi pembicara kunci, para peserta dibagi ke dalam enam breakout room. Setiap grup dipekenalkan cara penggunaan aplikasi M-Reading dan X-Reading. Para peserta diminta memilih dan membaca satu buku dari kedua aplikasi ini. Setelah membaca mereka mendiskusikannya di dalam kelompok. Sesi ini berlangsung selama satu jam. Setelah itu, semua peserta kembali ke ruang utama dan beberapa dari mereka diminta untuk menceriterakan kembali kegiatan yang dilakukan dalam grup. Para peserta terlihat antusias.
Sebagai kegitan lanjutan dari workshop ini masing-masing peserta diberikan satu akun X-Reading untuk digunakan selama satu bulan. Mereka diminta membaca buku dari aplikasi ini sebanyak mungkin. Aplikasi ini mampu mencatat seberapa banyak jumlah buku yang dibaca. Peserta yang paling banyak membaca buku akan mendapat hadiah satu akun X-reading yang dapat digunakan oleh seratus orang dalam setahun.
“Kami berharap dari workshop ini adalah semoga banyak orang tergerak untuk mendukung kegiatan literasi nasional,’ tambah Elvis. (*/jdz)