OP, mediantt.com — Proyek peningkatan jalan Kolbano-Boking-Batas Kota Kabupaten Malaka (Wanibesak) dikerjakan asal jadi oleh PT. Nanda Karya Putra Pratama.
Pengerjaan jalan hotmix setebal 10 centi meter (dua kali hotmix) dan lebar 4 meter menuju pantai Boking itu tanpa dilapisi pondasi bawah setelah tanah dasar. Padahal bagian ini sangat penting untuk ketahanan badan jalan.
Pantauan di lokasi, Kamis (14/8/15), badan jalan setelah tanah dasar di proyek itu hanya ditimbun material pilihan (Urpil) hasil kerukan pelebaran jalan, namun pemadatannya diduga tidak melalui uji pemadatan standar (standar proctor test) untuk mengetahui kadar air optimum dan berat isi kering maksimum agar bisa diketahui kualitas konstruksi badan jalan, dan bisa diputuskan apakah layak dikerjakan ke tahap berikut atau tidak.
Di atas urpil hanya dilapisi tanah putih dan langsung dihotmix. Padahal seharusnya, setelah urpil, badan jalan mesti dilapisi agregat B diikuti pemadatan serta agregat A diikuti pemadatan. Sebab, agregat B dan A merupakan bagian yang sangat penting dalam pekerjaan perkerasan jalan guna bisa memikul beban lalu lintas dan tahan terhadap cuaca.
Karena pekerjaan jalan asal jadi itulah, proyek senilai Rp67,9 miliar yang bersumber dari APBN murni tahun 2015 ini tampak mulai pecah-pecah dan terkupas di beberapa titik. Padahal ruas jalan ini baru saja dihotmix.
Ironisnya, pekerjaan jalan ini diawasi langsung oleh petugas konsultan pengawas proyek, namun kualitasnya tetap buruk. “Ah paling antara kontraktor dan pengawas sudah kong kali kong, biar bisa untung besar, dan bisa bagi-bagi duit proyek,” ujar Nimrot, warga Desa OP.
Pekerjaan jalan hotmix di Pantai Selatan Pulau Timor itu sendiri baru sampai di Desa OP, Kecamatan Nunkolo, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).
Informasi yang dihimpun menyebutkan, buruknya kualitas pekerjaan jalan ini merupakan modus untuk meraup untung besar. Apalagi, setelah selesai pekerjaan hotmix, ruas jalan ini langsung diikuti dengan kegiatan pemeliharaan. Artinya, jika ada ruas yang rusak, akan diperbaiki menggunakan dana pemeliharaan.
Padahal, pemeliharaan baru bisa dilakukan setelah hotmix berumur dua tahun ke atas. “Ini kejahatan lama yang sudah diketahui aparat hukum tapi didiamkan saja,” kata Nimrot.
Direktur PT. Nanda Karya Putra Pratama, Carles Joseph Angkiriwang, menjelaskan, tahapan-tahapan pekerjaan jalan tidak ada yang dilewatkan. “Setiap minggu saya turun ke lokasi (proyek). Saya yakin dengan kerja saya itu,” ucap Carles saat bertandang ke Kantor Sergapntt.com, Sabtu (22/8/15) malam.
Menurut dia, setelah tanah dasar, badan jalan dilapisi urpil setebal 20 centi meter, setelah itu dilapisi lagi Agregat B 20 centi meter dan Agregat A 15 centi meter. “Selanjutnya kita hotmix. Setiap tahapan kegiatan kita dokumentasikan. Tahapannya tidak mungkin kita langkahi,” katanya.
Toh begitu, dia mengakui ada beberapa bagian jalan yang rusak. “Kalau tidak salah ada tiga tempat yang rusak, dan itu sudah kita perbaiki,” tegasnya.
Sementara itu, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Satker PJN Wilayah 1, Wilhelmus Sugu Djawa, mengaku kecewa setelah mendengar informasi pekerjaan jalan dibuat asal jadi. “Terus terang saya sangat menyesal kalau mereka kerja main-main,” kata Wilhelmus saat menyambangi Kantor Sergap NTT.
“Tapi bagi saya, kerja jalan itu seperti kita ke warung lalu kita pesan gado-gado. Dia mau pake ulik kek, pake iris kek, yang penting rasanya enak. Iya kan? Menurut saya begitu,” ujar Wilhelmus.
Kata Wilhelmus, kerusakan jalan yang ada masih menjadi tanggungjawab kontraktor. “Karena masa pemeliharaannya selama 720 hari,” jelasnya. (sergapntt.com/jdz)
Ket Foto : Hotmix lapisan pertama tampak pecah-pecah pada lokasi proyek jalan Kolbano-Boking-Batas Kota Kabupaten Malaka (Wanibesak). Gambar diambil Kamis, 14 Agustus 2015.