Oleh : Yoseph Bruno Dasion SVD, Misionaris di Jepang
PORTAL berita cyber NTTSatu.com menurunkan berita tentang Laurensius Tari Wungo, seorang anggota DPRD NTT dari fraksi Hanura, yang “diduga” tidak tahu singkatan dari RSUD. Dugaan ini didasarkan pada sebuah kesalahan yang juga dari pandangan pribadi saya “didugakan” lantaran Tari Wungo ketika membacakan Pandangan Umum Fraksi Hanura pada ajang Sidang Paripurna DPRD NTT itu berkali-kali menyebutkan RSUD dengan Rumah Sakit Umum Darurat. Banyak orang, khususnya mereka yang hadir pada kesempatan yang mulia itu menertawakan atau ada juga yang coba tampil sebagai penyelamat untuk memperbaiki tindakan tari Wungo yang “dianggap” salah itu.
Secara pribadi saya menjadi curiga atas perbuatan seorang anggota terhormat DPRD NTT yang oleh sementara pihak “dianggap”salah, karena isi laporan dalam Pandangan Umum Fraksi Hanura itu tentu sudah dibicarakan dan digodok bersama di dalam sidang internal partai sebelum disajikan di hadapan Sidang Paripurna itu.
Oleh karena itu, saya merasa, tanpa ada niat untuk membela Tari, sebuah kesalahan yang “didugakan” ini boleh jadi sebuah lakon yang memiliki pesan untuk diselami dan ditangkap oleh semua mereka yang tertawa melecehkannya. Kalau Tari tidak punya niat apa-apa dengan mengulangi hingga lima kali, tetapi ia bisa diterima sebagai sebuah Felix Culpa, atau sebuah kesalahan yang menyelamatkan. Mengapa ia menyelamatkan karena kesalahan ini belum tentu benar-benar SALAH, tetapi ia sungguh mengungkapkan sebuah KEBENARAN yang sengaja diungkapkan dalam cara negatif (via negativa). Semua orang tertawa, itu sama dengan ketika para penonton sebuah dagelan (adegan komik) yang tertawa ketika mendengar kritik-kritik sosial yang disampaikan dengan cara mendagel atau melawak.
Dari mata saya, kesalahan Tari di atas panggung Sidang Paripurna DPRD NTT, yang dihadiri oleh semua anggota kelas atas NTT, adalah sebuah dagelan politik yang harus dinikmati secara pintar.
Kesalahan yang “didugakan” itu boleh jadi mengungkapan sebuah kebenaran bahwa semua Rumah Sakit Daerah kita di NTT, termasuk RSUD W.Z. Johannes, sedang dalam keadaan yang benar-benar DARURAT, karena kekurangan dokter dan para nurse ahli, kekurangan obat, kekurangan fasilitas medis, kekurangan kamar pasien yang higienis, dan juga kekurangan staf ahli yang dapat mengatur manajemen RSUD secara baik, bersih dan jauh dari lepotan-lepotan KKN.
Semua anggota DPRD NTT dan Pemerintah harus bisa merasa terusik dengan “kesalahan” Tari Wungo, tetapi bukan untuk memperbaiki Tari, tetapi untuk menyadari kinerja mereka selama ini untuk RSUD di NTT. Apakah semua keadaan “darurat” dengan segala persoalannya yang menimpah RSUD NTT telah ditangani dengan baik?
Seperti ketika menonton dagelan atau lawak, semua yang tertawa karena merasa gelitik pelawak itu kena pas di hati. Dan semua yang “tertawa” mendengar “kesalahan” Tari Wungo pasti menerimanya sebagai sebuah pesan dari sebuah dagelan politik yang harus diterima untuk sebuah kebaikan seluruh RSUD di NTT. (*)