SEBA – Masyarakat di Negeri para Dewa, Sabu Raijua, menerima dengan penuh kebanggaan Cagub dan Cawagub NTT, Viktor Laiskodat dan Josef Nae Soi. Dua orang ini diterima secara adat dan mendapat kehormatan dengan dibubuhi nama kesayangan ala Sabu Raijua; Ma Pe untuk Viktor dan Ma Nabi untuk Nae Soi.
Pemberian nama kesayangan itu dilakukan di Desa Eimau, Kecamatan Sabu Tengah, Minggu (4/3). Uniknya, pemberian nama ini dilakukan di depan pusara Pahlawan Perintis Kemerdekaan asal Sabu Raijua, Julian Hendrik. Ini sebagai tanda penerimaan bagi orang baru yang menginjakkan kaki di wilayah tersebut.
Ketua DPD I Partai Golkar Sabu Raijua yang juga Plt. Bupati Sabu Raijua, Nikodemus Rihi Heke meminta masyarakat untuk memberi nama kepada Viktor Laisksodat dan Josef Nae Soi. Masyarakat pun sepakat, maka Viktor Laiskodat diberi nama Ma Pi, sementara Josef Nae Soi diberi nama Ma Nabi. Itulah nama kesayangan yang akan dipanggil dalam keseharian mereka.
“Sebagai orang yang baru pertama datang ke Sabu Raijua maka secara adat akan diberi nama Sabu sebagai tanda penerimaan dan rasa hormat dari masyarakat. Nama yang diberikan mengandung makna yang dalam, sekaligus menjadi doa bagi pak Viktor dan pak Josef,” kata Nikodemus Rihi Heke.
Viktor Laiskodat dan Josef Nae Soi mengucapkan terimakasih kepada masyarakat Sabu Raijua yang telah memberikan nama Sabu itu. “Kami ucapkan terimakasih atas nama yang diberikan kepada kami dan kami merasa sebagai saudara dari semua orang Sabu,” kata Viktor.
Viktor Laiskodat dan Josef Nae Soi tiba di Sabu Raijua dengan kapal fery cepat Chantika Express 77. Mereka disambut dengan tarian Ledo Hawu dan dikenakan pakaian adat Sabu. Keduanya kemudian menuju makam Julian Hendrik untuk nyekar. Julian Hendrik adalah salah satu pahlawan perintis kemerdekaan yang kembali ke Pulau Sabu dan akhirnya meninggal dunia.
Julian Hendrik yang memiliki nama asli Ludji He adalah putra asli Sabu Raijua. Dia adalah inisiator dalam perebutan kapal perang Belanda, Kapal Tujuh (De Zeven Provincien) tahun 1933. Pemberontakan di atas kapal tersebut juga menewaskan Martjin Paradja, putra kelahiran Mesara, Sabu Raijua. Martjin tewas terkena bom di geladak kapal dalam pelayaran ke Surabaya. Martjin dimakamkan di TMP Kalibata, sementara Julian Hendrik meninggal di kampung halaman sendiri. Julian diberi gelar pahlawan perintis kemerdekaan oleh Presiden Soekarno.
Epaferditus Ludji He salah satu kerabat dekat Julian Hendrik pada kesempatan itu mengungkapkan rasa haru dan bahagia, karena ada calon pemimpin NTT yang datang ke makam orang yang mereka banggakan. Dia juga menitipkan pesan agar jika Victory-Joss memimpin NTT, maka sarana dan prasarana seperti listrik, air dan jalan bisa diperhatian.
“Kami merasa bangga adan terharu sebab calon pemimpin NTT bisa mengunjungi makam orang yang kami banggakan,” katanya.
Cawagub Nae Soi mengatakan, dirinya bersama Viktor Laiskodat sudah berkomitmen untuk tidak melupakan jasa para pendahulu yang telah berjasa membangun Nusa dan Bangsa. Di setiap wilayah yang dikunjungi, kata dia, mereka selalu menyempatkan diri untuk nyekar dan memberi hormat kepada setiap orang yang dianggap memilikin peran penting dalam membangun sebuah wilayah.
Blusukan ke Pasar Nataga
Viktor Laiskodat dan Josef Nae Soi juga blusukan ke Pasar Nataga. Di sana mereka bertanya kepada para pedagang soal harga berbagai komoditi maupun sembako serta dari mana asal barang atau komoditi yang dijual. Viktor dan Josef nampak akrab dengan para pedagang yang terheran dengan kehadiran pasangan calon gubernur dan wakil ghbernur NTT itu.
“Kita bulusukan ke pasar untuk kita mencari tahu harga komoditi tertentu dan dari mana asalnya. Kenapa kita perlu tahu supaya kita bisa mengantisipasi harga suatu komoditi jika terjadi lonjakan harga. Misalnya di Sabu pinangnya dibawa dari Bima, tapi bawang merah berasal dari Sabu sendiri. Ini perlu kita ketahui sehingga jika rakyat memberi kita kepercayaan, maka kita sudah tahu seperti apa kondisi di lapangan,” kata Viktor. (tim media/jdz))