Sapi Makan Sampah Bisa Gagalkan Kerjasama dengan DKI Jakarta

oleh -14 Dilihat

Kupang, mediantt.com — Kebiasaan kawanan ternak sapi di wilayah Kecamatan Alak, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), mungkin berbeda dengan di tempat lainnya. Bagaimana tidak! Makanan pokok ternak ini adalah tumpukan sampah yang berada di tempat pembuangan akhir (TPA). Hal ini dikhawatirkan bisa menggagalkan kerjasama antara Pemprov DKI Jakarta dengan Pemprov NTT yag digagas oleh Joko Widodo.
Semua jenis sampah seperti plastik, kardus, bekas minuman gelas plastik dan berbagai sampah lainnya pun dilahap sampai habis. Kebiaasan yang aneh itu sudah dianggap hal yang lumrah bagi pemilik sapi maupun para pemulung yang setiap hari saling berbaur untuk mencari sampah.
Dua pemulung yang mendirikan kemah di sekitar TPA Alak, Yeremias Lenggu, 70, dan Demus Manafe,56, ketika ditemui Sabtu (18/7/2015) mengaku, kawanan sapi itu milik sejumlah warga di Kampung Lama dan Batu Kapur, Kelurahan Manulai II.
Menurut dia, kawanan sapi itu sudah sejak lama makan sampah. ”Awalnya hanya satu sampai dua ekor sapi saja yang makan sampah. Tapi akhir-akhir ini mulai bertambah banyak hingga puluhan ekor. Bukan hanya sapi saja, tetapi ada kambing dan babi, tetapi kelihatan sapi yang lebih monopoli,” kata Yeremias yang sudah bekerja sebagai pemulung sejak 1992.
Ia mengatakan, sejak pagi hari sekitar pukul 09.00 Wita, saat mobil pengangkut sampah menurunkan material sampah, dia dan puluhan pemulung lain langsung menyerbu ke arah tumpukan sampah, bersama kawanan sapi yang jumlahnya lebih banyak dari pemulung.
“Kalau kita terlambat, semua sampah yang bagus dan bernilai dimakan habis oleh sapi,” katanya.
Akibat tak tertarik makan rumput dan terbiasa makan sampah, sambung Demus Manafe, sapi hanya mengeluarkan air pada waktu buang air besar. “Puncaknya pada Bulan November sampai Desember 2014 lalu, sekitar 25 ekor sapi mati secara mendadak karena kita duga mereka (sapi) sembarang makan sampah seperti, paku, pecahan botol hingga obat nyamuk. Selain itu, selama empat bulan, yakni September sampai Desember 2014, truk pengakut sampah tidak buang sampah di TPA ini,” kata Demus.
Bahkan, lanjut Demus, yang terbaru pada Mei 2015, masih ada beberapa ekor sapi yang mati meskipun mobil pengangkut sampah telah beroperasi kembali di TPA itu. Namun begitu, para pemilik sapi tetap saja membiarkan hewan peliharaan mereka mengonsumsi sampah. Sebab, menurut Demus, sudah tidak ada lagi pilihan lain untuk pakan ternak.

Ganggu Kerja Sama  

Anggota DPRD NTT, Jefry Unbanunaek, mengatakan, cemas dengan kebiasaan sapi yang makan sampah. Bagi dia, banyaknya sapi yang memakan sampah di Kota Kupang, dicemaskan akan mengganggu kerja sama pengadaan sapi antara Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dan NTT. Kerja sama itu digagas Joko Widodo (Jokowi) tahun 2014 ketika masih sebagai gubernur DKI Jakarta dan kini dilanjutkan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Menurut dia, kerja sama antara Pemprov DKI dan Pemprov NTT itu tentu sangat positif tetapi kepercayaan itu belum di jaga sepenuhnya oleh Pemprov NTT. “Jangan sampai peluang emas ini gagal dimanfaatkan Pemerintah NTT. Dinas Peternakan Provinsi NTT harus segera mengatasi persoalan inisehingga jangan sampai sebagian sapi yang mengkonsumsi sampah itu merugikan konsumen dan para peternak yang lain,” kata Jefry.
Ia mengatakan, Pemprov NTT harus menjaga kualitas daging sapi. Untuk itu, pakan sapi harus baik. “Ini (kualitas daging) jelas akan terganggu. Pemerintah harus segera mengatasinya. Jangankan warga DKI, warga NTT khususnya di Kota Kupang, tentu juga akan cemas dengan  beredarnya daging dari sapi yg mengkonsumsi sampah,” kata  Jefry. (kompas.com/jd)

Ket Foto : Puluhan ekor sapi milik warga melahap berbagai jenis sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di Alak, Kecamatan Alak, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *