Oleh Frans Sarong
KAE FELIX Pullu, pagi ini, Senin (18/1/2021) sekira pukul 07.00 wita, pergi untuk selamanya. Kepergiannya sungguh meninggalkan perkabungan dan kepedihan sangat mendalam, setelah beliau jalani perawatan lebih dua pekan di RS Siloam Kupang, sejak Sabtu (2/1/2021) malam.
Bagi keluarga besar Golkar NTT – sesuai tradisinya – hari ini seharusnya menjadi kesempatan ceria melontarkan salam hangat bagi almarmuh karena bertepatan dengan hari ulang tahunnya, yang ke 80. Tercatat, tokoh bernama lengkap Felix Jos Pullu, adalah putra kelahiran Mataloko, Ngada, 18 Januari 1941. Namun Tuhan berkehendak lain. Hari bahagia itu berubah menjadi perkabungan mendalam.
Sebagai salah seorang yunior yang rapat dengan beliau, saya pribadi sungguh merasa kehilangan. Kepedihan saya begitu mendalam, karena dengan sendirinya langsung memupuskan berbagai kesempatan kebersamaan berdiskusi hangat, akrab dan penuh rasa kekeluargaan. Apalagi jika themanya seputar politik, karena memang sejak remaja telah menjadi nutrisi penggairah hidupnya.
Sebagai tokoh politik yang selalu menjadi idola banyak kalangan, menjadi lumrah jika berpulangnya Felix Pullu meninggalkan kepedihan mendalam. Bagi saya, kepedihan memamg terasa menusuk karena selama almarhum menjalani perawatan di Siloam, nyaris tak sambung kontak. Dari sekian banyak upaya yang saya lakukan, hanya sekali telepon melalui HP-nya direspons. Itu pun singkat saja. “Adik, saya sedang jalani perawatan di Siloam”, begitu respons pendeknya dengan nada yang terdengar berat dan lemah.
Kerinduan sekadar bersua harus diurung karena tertutup kesempatan jenguk. Lalu sesaat setelah beliau mengembuskan nafas terakhir pun, tetap tertutup kesempatam untuk melayat karena langsung diurus satgas Covid -19, sesuai standar protokol kesehatan.
Kae Felix Pullu, kita lebih sebulan tak jumpa. Masih ingat kebersamaan terakhir di rumah saya di Penfui, Sabtu (12/12/2020). Kita makan malam bersama menyelingi diskusi politik. Beberapa hari setelahnya kae dengan agenda sendiri. Kabarnya ke Jakarta urusan Organda. Sekembali dari Jakarta, kae ke Malaka untuk urusan keluarga. Info susulannya sekembali dari Malaka, kae jalani isolasi di RS Siloam karena terpapar virus Covid-19, hingga mengembuskan nafas terakhir.
Bagi saya – dan mungkin banyak yunior yang mengenal – kae adalah sosok perekat setelah meretas sekat politik. Juga motivator ulung yang lincah lentur dan tak kenal marah. Kae adalah tokoh politisi yang bertalenta hangat dalam berinteraksi.
Sebagai politisi senior/sesepuh Golkar NTT, penggalan jejak politik Felix Pullu dapat ditelusuri melalui profilnya, yang antara lain terpublikasikan melaui buku: “Jejak Karya Golkar NTT” (2018). Melalui buku itu antara lain dilukiskan, Felix Pullu sejatinya sudah pensiun dari kursi legisatif DPRD NTT sejak tahun 1990-an. Namun kiprahnya sebagai politisi ternyata tak pernah pudar. Salah satu buktinya, Felix Pullu untuk jangka waktu lama mendapat kepercayaan sebagai ketua dewan penasihat/ketua dewan pertimbangan Golkar NTT sejak kepemimpinan IA Medah hingga kepemimpinan Melki Laka Lena, sebagai Ketua DPD Golkar NTT, sekarang. Atau dengan kata lain, kiprah politik Felix Pullu terus menempel hingga tutup usia.
Doa kami menyertai Kae untuk kelapangan langkah menuju Surga. Kae pasti selalu dikenang sebagai senior bergaya flamboyan, humanis, berdandan rapi berkelas. Kae juga pasti selalu dikenang karena piawai merangkai kalimat lembut dalam berinteraksi. Selamat jalan Kae, mohon maaf untuk segala tingkah dan tutur yang tak berkenan… (***)