SMPN 3 Satu Atap Labala Dapat Bantuan BOS Afirmasi Rp 84 Juta

oleh -66 Dilihat

LABALA – Sebagai sekolah yang masuk kategori terpencil, terjauh, bahkan terbelakang, SMPN 3 Wulandoni Satu Atap Labala, Kecamatan Wulandoni, Lembata, mendapat perhatian dari pemerintah. Buktinya, sekolah di pesisir selatan Lembata itu mendapat dana BOS Afirmasi sebesar Rp 84 juta.

“SMP Satu Atap dengan jumlah siswa sebanyak 87 siswa tahun pelajaran 2019/2020 mendapat bantuan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Afirmasi sebesar Rp 84 juta.

Inilah bukti bahwa kemajuan teknologi tepat guna yang semakin berkembang dan menyentuh masyarakat hingga ke pelisok-pelosok. Dan, sudah saatnya juga dapat dimanfaatkan oleh sekolah-sekolah terpencil, terjauh, bahkan terbelakang, seperti SMP Satu Atap Labala.

Dengan sarana teknologi yang semakin maju ini kini telah dinikmati oleh siswa-siswa pada SNPN 3 Wulandoni Satu Atap Labala dengan memanfaatkan dana BOS Afirmasi tersebut.

mengatakan, “SMPN 3 Wulandoni Satu Atap Labala ini mendapat perhatian dari pemerintah karena termasuk salah satu SMP yang terpencil dan terjauh yang berada di bagian timur Kecamatan Wulandonu, Kabupaten Lembata,” kata Kepala Sekolah Muhamnad Yunus Ratuloly, Rabu (18/3).

Ia mengatakan, SMPN Satu Atap Labala dengan jumlah siswa sebanyak 87 orang tahun pelajaran 2019/2020 mendapat bantuan dana BOS Afirmasi sebesar Rp 84 juta.

“Dana tersebut tidak diterima secara tunai tapi dalam bentuk barang sebagai sarana penunjang pembelajaran berupa 1 komputer Tablet, 1 laptop, 1 D-Link, 1 proyektor dan 29 tablet samsung,” sebut dia

Dijelaskan, dengan adanya sarana teknologi modern ini siswa diberikan pelatihan beberapa waktu dan kini mereka sudah dapat mengerjakan ujian try out 1 dan 2 dengan menggunakan alat modern. “Siswa kelas VII dab VIII pun mengerjakan ujian tengah semester 2 dengan samsung tablet,” ujarnya.

Menurut dia, para siswa merasa bangga walaupun sistem on line dukenal oleh siswa di kota, tapi mereka juga sudah bisa menikmatinya.

Kepala Sekolah Muhamnad Yunus Ratuloly menambahkan, sekolah sudah terbebas dari beban biaya untuk perbanyak lembaran kerja siswa. “Secara umum kesan para siswa adalah walaupun merupakan sekolah terpencil, terjauh dan terbelakang tapi kini sudah menjadi modal dasar saat sudah bersekolah atau kuliah di kota,” tegasnya. (frk)