WAIKABUBAK – Nasib pasangan suami istri, Buni Mesa dan Tuwa Negu sungguh apes benar. Warga Desa Modu Waimaringu, Kecamatan Kota Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur, nyaris tewas setelah dianiaya dengan menggunakan pedang dan tombak oleh empat orang pelaku.
Kedua korban kemudian melapor ke Kepolisian Resor Sumba Barat. Namun laporan mereka sampai hari ini belum ditindaklanjuti. Pelaku pun masih dibiarkan bebas berkeliaran.
Kakak kandung Buni Mesa, Frans Y Sairo kepada Kompas.com, Jumat (26/8/2016) malam mengatakan, penganiayaan itu terjadi pada Minggu (7/8/2016) lalu sekitar pukul 17.00 Wita.
Menurutnya, penganiayaan tersebut dilakukan oleh empat orang pelaku, masing-masing Panus Beko, Ngila Ama Debi, Mawo Ama Lede dan Ngila Ngago. Pasangan suami istri itu dianiaya di dua tempat berbeda.
Adiknya, Buni Mesa dianiaya terlebih dahulu saat pulang mengambil kayu kering di dekat kantor Desa Sobarade, Kecamatan Kota Waikabubak. Sedangkan Tuwa Negu, dianiaya di rumah mereka di Desa Modu Waimaringu, Kecamatan Kota Waikabubak.
“Saat pulang ambil kayu kering, adik saya (Buni Mesa) yang mengendarai motor bebek berboncengan dengan Pladius Eda (ipar korban). Keduanya dihadang dan adik saya dianiaya dengan menggunakan tombak sehingga mengakibatkan luka pada bagian rusuk kanan dan tangan, serta bahu kanan,” kata Frans.
Setelah Buni Messa terluka, lanjut Frans, para pelaku kemudian melarikan diri. Buni Mesa kemudian pergi ke kantor polisi untuk melapor. Sesudah membuat laporan polisi, korban kemudian dibawa ke Rumah Sakit Lende Moripa dan dirawat selama tiga hari.
Para pelaku, kata Frans, rupanya pergi ke rumah Buni Mesa. Saat itu istri Buni Mesa, Tuwa Negu, tengah memasak nasi. Para pelaku berteriak. Tuwa Negu pun keluar rumah dan melihat Ngila Ama Debi yang memimpin rombongan memasuki halaman rumah sambil memaki-maki dan membawa parang.
Para pelaku kemudian mendekati Tuwa Negu, dan salah seorang pelaku tanpa banyak bicara langsung mengayunkan parang ke arah kepala Tuwa Negu yang mengakibatkan wajah korban terluka parah.
“Adik ipar (Tuwa Negu) saya ini masih bertanya mengenai salah apa yang dilakukan olehnya, sehingga dia dipotong. Bukannya memberi jawaban, pelaku mengayunkan lagi parang ke bagian pinggang dan jari ipar saya ini. Korban lalu melarikan diri untuk berlindung di Markas Komando Rayon Militer 01 Loli yang memang berhadapan dengan rumah adik saya,” ujarnya.
Tuwa Negu lalu menuju kantor polisi dan membuat laporan polisi dengan Nomor: TBL/149/VIII/2016 tanggal 7 agustus 2016.
“Sampai dengan saat ini, adik ipar saya ini belum diambil keterangannya oleh polisi. Sementara pelaku belum ditangkap dan masih berkeliaran di tengah Kota Waikabubak. Kami juga tidak tahu alasan atau motivasi apa mereka melakukan hal ini. Karena itu kami minta polisi segera memroses kasus ini hingga tuntas,” harapnya.
Terkait laporan itu, Kepala Kepolisian Resor Sumba Barat AKBP Muhamad Erwin yang dihubungi melalui pesan singkat belum membalas. Begitu juga saat Kompas.com menghubungi Kepala Bidang Humas Polda NTT, AKBP Jules Abraham Abast, namun hingga berita ini tayang belum juga merespons. (kompas.com)
Ket Foto : Tuwa Negu seorang ibu rumah tangga asal Desa Modu Waimaringu, Kecamatan Kota Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat, yang menjadi korban panganiayaan dengan menggunakan parang oleh empat orang pelaku.