WAINGAPU – Pemerintah Kabupaten Sumba Timur (Sumtim) tetap berupaya meningkatkan kualitas pendidikan, bukan prosentase kelulusan. “Secara riil kami akan terus meningkatkan kualitas pendidikan, bukan prosentase kelulusan,” kata Kepala Dinas (Kadis) Pendidikan Sumba Timur, Yusuf Waluwanja, ketika membuka Media Engagement Program Inovasi untuk anak sekolah, di Padadita Beach Hotel, Waingapu, Selasa (20/2).
Inovasi untuk anak sekolah di Indonesia adalah satu program kemitraan antara pemerintah Indonesia dan Australia dalam mengatasi persoalan pendidikan di Indonesia. Untuk Provinsi NTT, difokuskan pada empat kabupaten di Pulau Sumba, yaitu Kabupaten Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat dan Sumba Barat Daya (SBD).
Sedangkan nota kesepahaman melalui Memorandum of Understanding (MoU) telah ditandatangani Gubernur NTT, Frans Lebu Raya bersama empat Bupati se-daratan Sumba dengan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan – Kementerian Pendidikan RI, Ir. Totok Suprayitno dan juga dari Konselor Bidang Pembangunan Manusia, Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) Australia, Michelle Lowe, pada Kamis, 2 November 2017, sekaligus menandai peluncuran program inovasi di Pulau Sumba.
Yusuf Waluwanja, didampingi Stephanie Charter (Communication Maneger), mengatakan, Pemkab Sumba Timur terus berupaya meningkatkan mutu pendidikan dengan melakukan identifikasi permasalahan dan mencari solusi pemecahannya. Melalui program Inovasi, lanjut Yusuf, diharapkan dapat membantu mengatasi persoalan yang dihadapi dalam bidang pendidikan di Sumba Timur dan di Pulau Sumba pada umumnya.
“Saya yakin lewat program Inovasi dapat membantu melihat keberadaan guru dan kemampuan siswa. Mengingat, kompetensi guru secara umum di NTT, masih rendah dan juga rendahnya kualitas pendidikan guru yang berdampak rendahnya mutu pendidikan anak didik,” ucap Yusuf.
Yusuf mengatakan, di Sumba Timur terdapat 22 kecamatan dengan kondisi topografi yang cukup sulit. Kondisi tersebut, akui Yusuf, menjadi tantangan dan persoalan yang berat dengan adanya penyebaran sekolah yang jumlahnya mencapai 265 Sekolah Dasar (SD).
Disinilah, kata Kadis Pendidikan, bagaimana peran media massa dalam memberikan kontribusi bagi kemajuan pendidikan di Pulau Sumba, selain peran program inovasi untuk anak sekolah. “Kita berharap lewat program Inovasi dan para fasilitator dapat membantu membenahi proses belajar-mengajar yang efektif termasuk melihat sarana pendukung pendidikan,” jelas Yusuf.
Stephani Charter menjelaskan, program Inovasi diawali kegiatan sosialisasi sudah dimulai sejak diluncurkan pada November 2017, di empat kabupaten di Pulau Sumba. Diantaranya dengan menentukan pilot project secara berbeda di empat kabupaten. Kata Stephani, salah satu kecamatan di Sumba Timur yang dijadikan pilot projeck program Inovasi, yaitu Kecamatan Haharu.
“Keikutsertaan media massa dengan mempublikasikan program Inovasi, menjadi harapan positif bagi kemajuan pendidikan Pulau Sumba. Dengan begitu, dapat menciptakan outcomes dan disampaikan kepada stakeholders di Indonesia,” ucap Stephanie.
Sementara itu, Mustajib (Communication of Fisher, program Inovasi), mengatakan, pihaknya telah menempatkan sebanyak 40 orang fasilitator di empat kabupaten di Pulau Sumba. Fasilitator tersebut bertugas membantu terselenggaranya proses belajar dan mengajar di Pulau Sumba. (hms/son/jdz)