Tahun 2015 Ende Mulai Terbang

oleh -11 Dilihat

Kupang, mediantt.com — Duet Marsel Petu-Djafar Achmad baru tujuh bulan menahkodai Kabupaten Ende. Gebrakan pembangunan yang dikemas dalam visi ‘mewujudkan karakteristik Kabupaten Ende dengan membangun dari desa menuju masyarakat yang sejahtera berkeadilan’, mulai dilakukan secara akseleratif. Karena itu, Bupati Marianus optimistis menyatakan, saat ini Kabupaten Ende sedang ancang-ancang untuk take off, dan 2015 akan mulai terbang.

“Semua program yang kita laksanakan akan terakktualisasi secara utuh dalam tahun 2015 dan akan leading pada tahun 2016. Saat ini kita sedang ancang-ancang untuk take off dan 2015 kita mulai terbang,” tegas Bupati Marsel kepada wartawan di Rumah Makan Bambu Kuning, Kupang, Rabu (12/11/2014).

Mantan Ketua DPRD Ende ini menjelaskan, dalam menahkodai Bumi Tiwu Telu, mereka bergerak dalam bingkai visi ‘mewujudkan karakteristik Kabupaten Ende dengan membangun dari desa menuju masyarakat yang sejahtera berkeadilan’. Visi ini dijabarkan dalam empat misi, yakni pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan sarana-prasarana penunjang. Untuk bidang pendidikan, jelas dia, untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan pemerataan anggaran dan fungsi pelayanan di bidang pendidikan. Hal yang sama juga untuk aspek kesehatan dengan meningkatkan anggaran kesehatan dan kualitas kesehatan lingkungan.

Sementara untuk misi ekonominya, lanjut dia, ada enam misi ekonomi yang adalah karakteristik masyarakat Ende yakni pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan kelautan, umkm dan koperasi, juga pariwisata dan lingkungan hidup. “Penunjangnya adalah selain keamanan dan ketertiban dan hukum, HAM dan penataan birokrasi, yang jadi prioritas adalah sarana prasarana yang disebut JAL (jalan, air dan listrik),” katanya.

Menurutnya, sudah tujuh bulan ia bersama wakil bupati memimpin Ende, dan telah melakukan beberapa hal yang menjadi perhatian dalam 100 hari atau enam bulan, antara lain, melakukan ujicoba jam kerja dari enam hari menjadi lima hari kerja. Selain itu, sebut dia, membangun komunkasi yang intens dalam kemitraan dengan DPRD Ende, menggerakan sektor ekonomi kerakyatan, pemberdayaan masyarakat. “Kami juga membangun nilai-nilai kebangsaan dengan menjadikan Ende sebagai Kota Rahimnya Pancasila dengan menggelar kegiatan setiap tanggal 31 Mei memperingati hari lahirnya Pancasila pada 1 Juni dengan prosesi kebangsaan, yang tema rutinnya ‘Dari Ende untuk Indonesia’,” jelas Bupati Marsel , yang saat itu didampingi sang istri.

Sepekan Danau Kelimutu

Salah satu upaya cerdas untuk mempromosikan potensi pariwisata di Kabupaten Ende, Bupati Marsel dan wakilnya akan menggelar ‘Sepekan Danau Kelimutu’, setiap tahun pada tanggal 7-15 Agustus. Obyek wisata tanpa even menjadi tidak berarti. Jadi kita akan rutin melakukan setiap tahun dari 7-15 Agustus even ‘Sepekan Danau Kelimutu’, untuk menarik wisatawan ke Kabupaten Ende,” kata Marsel.

Menurutnya, membangun pariwisata harus dalam spirit holistik dan dibangun secara bersama-sama. “Tidak perlu dengan ego kabupaten, semua harus bergerak dalam konsep pariwisata Flores, dimana setiap kabupaten dengan keunggulannya. Pariwisata Flores harus dibangun secara holistik, dengan pintu gerbangnya Labuan Bajo karena pergerakan perjalanan pariwisata dari barat ke timur,” usul Bupati Marsel.

Ia juga bertekad menjadikan kebudayaan dan adat istiadat sebagai kekuatan yang utuh, sebagai karakteristik dan kekayaan kita agar daerah kuat menghadapi informasi dan teknologi (IT) dan globalisasi. “Daerah yang kuat punya kebudayaan yang kuat. Artinya, ada kearifan dan budaya yang kuat sebagai daerah destinasi pariwisata, dan seluruh pergerakan ekonomi juga sesuai karakteristik ini,” tegasnya.

Ia juga menjelaskan, dalam upaya penataan birokrasi maka pada 6 September 2014 lalu, ia sudah melakukan mutasi gelombang pertama untuk eselon Iib, sementara untuk eselon III dan IV belum dilakukan karena sudah berada di akhir tahun anggaran agar tidak mengganggu kinerja mereka. “Tapi sisa waktu ini akan menjadi parameter untuk menilai kinerja mereka untuk mutasi pada awal tahun 2015,” katanya, mengingatkan.

Ia menegaskan, sikap-sikap politik yang dilakukan dalam penataan birokrasi itu sama sekali tdak ada kaitan dengan politik tapi semata untuk kerjasama bupati dengan staf. “Tidak saja dalam bentuk lahiriah tapi juga batinia. Karena itu, jangan ada dusta antara bupati dan staf, harus kerja bersama lahir dan batin. Sebab seluruh produk yang jadi acuan dari program dan visi-misi sudah ditetapkan dengan RPMJ 2014-2019 menjadi rujukan pembangunan Kabupaten Ende lima tahun ke depan. Semua sudah dijabarkan secara jelas dalam bentuk Rencana Kerja (Renja) di setiap SKPD. Dari Renja itu dijabarkan lagi dalam bentuk Rencana Kerja Daerah (RKD),” terang Bupati Marsel.

Menurutnya, untuk RAPBD tahun 2015, pihaknya sudah mulai dengan proses perencanaan mulai dari tingkat dusun dan desa (bottom up) dengan model penganggaran yang disebut pagu indikatif desa/kelurahan, di mana anggaran yang dialokasikan sekitar Rp 700 juta – 1 miliar per desa. Srateginya adalah budget planning, di mana desa punya otoritas melakukan perencanaan yang disesuaikan dengan besarnya dana tersebut. “Ini akan disinkronkan dengan program program-program top down, sehingga tidak akan terjadi tumpang tindi. Prinsipnya, pagu anggaran desa/kelurahan ini tidak boleh terabaikan. Harus lahir dari musyawarah seluruh elemen desa/kelurahan tersebut,” tegas Bupati Marianus yang secara tegas menolak tambang di wilayahnya karena leluhur Tiwu Telu bukan petambang. “Tidak ada warisan karakteristik menambang karena akan merusak keindahan alam dan lingkungan,” tegasnya.

Bentuk BUMDes

Gebrakan lain yang dilakukan adalah membentuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sebagai upaya produktif terhadap hasil komoditi masyarakat. “BUMDes ini akan diperkuat dengan Peraturan Bupati (Perbub) dan masing-masingnya menjadi agen di desa untuk induknya di Kota yang namanya Rumah Dagang Komoditi, yang bertugas mengendalikan harga,” katanya.

Tugas utama pemerintah dalam hal ini, sebut dia, mengumumkan hasil kesepakatan harga komoditi, juga mencari pangsa pasar, mendatangkan investor pembeli dan menyediakan infrastruktur penunjang untuk ekspor dan impor komoditi, seperti jalan, dermaga, kapal, dll.

Marianus juga mengatakan, segi tiga kekuatan membangun kabupaten Ende yang disebut Lika Mboko Telu, tiga batu tungku; yakni pemerintah, adat dan agama. “Pemerintah dengan rakyat, adat dengan para penggarap, agama dengan umat. Semua satu dan sama sehingga tiga kekuatan ini harus berkolaborasi untuk membangun masyarakat Ende yang satu dan sama. Selain itu, ada juga segitiga kemitraan yakni eksekutif, legislatif dan yudikatif. Jadi, cukup duduk 32 orang, yakni 30 anggota DPRD, tambah bupati dan wakil, duduk bersama dan sepakat maka yang lain melaksanakan saja,” tandas Bupati Marsel, yang juga ingin bermitra dengan media massa untuk bersama membangun masyarakat kabupaten Ende. “Kemitraan yang saya maksud tentunya tetap dalam prinsip kritis, konstruktif, obyektif dan proporsional, tanpa saling menjelekan,” katanya berharap. (josh diaz)