Testimoni Seorang Senior: Melki Laka Lena Itu Unik dan Punya Daya Tarik Tersendiri

oleh -28 Dilihat

Melki Laka Lena

SAYA mengenalnya sejak di Seminari Pius XII Kisol, Manggarai Timur. Sebagai anak yang datang dari jauh, yakni Kupang, tentu Melki, begitu ia disapa, punya daya tarik tersendiri.

Selepas dari Kisol, saya tak tahu banyak kabarnya. Baru ketemu lagi saat di Jogja. Melki kuliah di Universitas Sanata Dharma. Jurusan Farmasi.

Keakraban terjalin ketika suatu waktu Melki bersama Vicky Jalong dan Pompy Jehaun, sahabat seangkatan di Kisol, mengikuti lomba debat mahasiswa di Jogja.

Oleh tim Melki, saya diminta untuk melatih bagaimana teknik berdebat. Kebetulan saya pernah mengikuti debat, tingkat provinsu dan nasional.

Saat debat, tim Melki tampil memukau. Ini ditopang pengetahuan ketiganya. Mereka sukses meraih juara satu.

Jauh kemudian saya bertemu Melki lagi di Golkar, tahun 2009. Terkejut sekaligus bangga bisa satu tim.

Lebih bangga lagi saat itu tim NTT di Golkar cukup menonjol. Yoseph Nae Soi, Charles Mesang, Setya Novanto, Melki Mekeng, Cyrilus Kerong dan Imma Blegur, adalah nama yang cukup dikenal.

Melki pemuda yang beruntung. Dia dapat patron politik yang mumpuni. Setya Novanto dan Melki Mekeng, dua sosok yang begitu mempercayai Melki.

Kedekatan tersebut memuluskan karir politiknya. Di usia sangat muda Melki sudah dicalonkan sebagai wakil gubernur NTT berpasangan dengan Ibrahim A. Medah.

Medah-Melki memang kalah tangguh. Tapi karir politik Melki terus meroket. Betul bahwa kegagalan adalah sukses yang tertunda. Melki terus melaju, tidak mau larut dalam kesedihan.

2019 maju sebagai caleg di dapil NTT dua. Melki sukses. Ia melenggang ke Senayan.

Momentum terus berpihak padanya. Melki dipercaya menjadi wakil ketua komisi yang membidangi kesehatan. Komisi ini tentu pas untuk NTT yang hingga kini dilanda berbagai persoalan, terutama soal kesehatan.

Karena tak lagi di Golkar, saya mengikuti pergerakan Melki dari media dan wa grup. Saya membaca berita soal kiprah Melki yang ditulis Tony Kleden dan Laurens Leba Tukan, kader Golkar NTT. Sumber lainnya Frans Sarong, Ketua Tim Pemenangan Melki-Jhoni.

Paket ini sudah mendatar di KPU NTT didukung banyak partai politik. Saya memaklumi. Soal ini Melki amat lincah. Pergaulannya luas. Level elite ok, akar rumput apalagi.

Saya menaruh harapan pada Melki. Dia mungkin bukan yang terbaik tetapi boleh jadi yang paling pantas. Jaringan di tingkat nasional begitu luas dan kuat. Mudah untuk eksekusi program yang amat dibutuhkan NTT.

Ini saatnya Melki-Jhoni bergerak. Jabat erat tangan rakyat. Tinggal dan makan minum bersama. Itu kekuatan utama.

Hindari memberi janji terlalu banyak. Sewajarnya dan terukur. Yang betul dibutuhkan rakyat.

Pesona kekuasaan terkadang menggoda. Bisa terjebak pada hasrat untuk menjanjikan banyak hal. Tapi ingat. Rakyat tahu pemimpin itu bukan malaikat yang bisa merubah nasib dalam hitungan detik.

Dukungan partai yqng kuat dan kelincahan Melki-Jhoni merupakan kekuatan besar. Selebihnya berserah pada Sang Hidup.

Pesan saya kalau kelak mendapat kepercayaan rakyat, jalani kekuasaan sebagai pelayanan. Pemimpin adalah mereka yqng sudah selesai dengan dirinya. Bahkan pemimpin sesungguhnya adalah mereka yang rela berkorban demi sesama.

Mungkin baik untuk meneladani Ben Mboi, tokoh NTT dan nasional yang begitu dikenal. Dokter, TNI, dan Gubernur NTT dua periode. Itu semua dijalani semata untuk kebaikan rakyat.

Teringat di masa tuanya Ben Mboi diusir dari rumah dinas TNI di Gatot Subroto, Jakarta. Ternyata Ben Mboi tidak punya kekayaan melimpah. Bahkan rumah pribadi di Jakarta juga tidak punya.

Itulah mahkota Ben Mboi. Ia dikenal bukan hanya kecerdasan dan jabatan, tetapi karena kesederhanaan.

Saya teringat pesannya suatu waktu. Tak sulit menilai pemimpin itu sukses atau gagal. Jika ia berhenti dari kekuasaan hidupnya sederhana itu sukses. Tapi jika bergelimang harta, tentu sebaliknya.

Roman Ndau Lendong,
kader Partai Demokrat