Kupang, mediantt.com – Kabar soal adanya tindakan represif aparat keamanan terhadap warga Besipae, TTS, dibantah oleh Kepala Badan Aset dan Pendapatan Daerah NTT, Dr Zeth Sony Libing. Ia menegaskan tidak ada kekerasan atau tindakan represif terhadap warga Besipae. Yang terjadi hanya sok terapi berupa tembakan gas air mata ke tanah.
“Vidio yang viral bahwa ada tindakan represif oleh aparat keamanan di Besipae itu tidak benar. Publik dibohongi seolah-olah pemerintah lakukan penindasan dan intimidasi terhadap warga Besipae. Justru kita lakukan pemberdayaan masyarakat,” tegas Kepala Badan Aset dan Pendapatan Daerah, Dr Zeth Sony Libing kepada wartawan dalam jumpa pers di Media Center Kantor Gubernur NTT, Rabu (19/8).
Menurut Sony, yang terjadi di Besipae sebenarnya adalah ketika ada lima kepala keluarga yang menolak direlokasi dan menempati rumah yang telah dibangun diatas lahan kapling seluas 20×40 meter persegi dan lebih memilih tidur di jalan.
“Lima KK ini tidak mau direlokasi ke lahan kapling yang telah dibangun rumah seluas 5×6 m2. Kita sudah bujuk dengan pendekatan humanis tapi mereka tidak mau masuk rumah dan lebih memilih tinggal di pinggir jalan,” jelas Sony.
Menurut dia, Selasa (18/8) siang, sebelum pulang ke Kupang, ia kembali membujuk warga untuk masuk rumah. “Ada perubahan strategi protes warga. Kalau sebelumnya mereka telanjang dada, sekarang mereka tidur di tanah, menangis dan teriak-teriak lalu ada yang foto dan posting di medsos. Kebanyakan wanita dan anak-anak. Tidak ada bapa-bapa,” kata Sony.
Nah, saat dibujuk lagi itu, mereka tetap tidak mau dan tetap tidur di tanah. “Karena mereka tetap tidak mau, maka atas inisiatif sendiri aparat Beimob yang menjaga keamanan itu menembalan gas air mata ke tanah. Bunyi tembakan itu yang membuat mereka kaget bangun, lalu kita hantar ke rumah yang disiapkan. Tidak ada intimidasi dan tindakan represif. Hanya ada sok terapi dengan tembakan gas air mata,. Jadi bukan tembak warga,” terang Sony Libing.
Akan tetapi, lanjut dia, setelah tiba di Kupang Selasa malam, ia mendapat laporan dari stafnya di lokasi bahwa warga itu kembali lagi ke pinggir jalan. “Bagi pemerintah, mereka harus masuk rumah karena ada anak-anak. Kita jaga jangan sampe mereka sakit. Saya akan turun lagi untuk bujuk mereka,” katanya.
Karo Humas dan Protokol Setda NTT, Dr Jelamu Ardu Marius juga mengatakan, tidak ada tindakan kekerasan terhadap warga Besipae.
“Aparat keamanan tahu prosedur pengamanan di Besipae. Pemerintah hanya berupaya mengamankan aset provinsi untuk dikelolah sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru. Agar Besipae punya branding tersendiri karena dikelolah secara baik menjadi kawasan yang indah,” kata Marius. (jdz)