“Saya selama ini wirausaha dan DPR RI. Karena itu, saya belajar menjadi orang pemerintah. Memang di dalam birokrasi ini perlu ada gerakan dalam pelayanan publik,”
ATAMBUA – Kunjungan Kerja (Kunker) Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL), di daratan Timor sejatinya dimaksudkan untuk membangun cara berpikir. “Mari kita bangun cara berpikir yang benar. Kerja dengan benar dan sungguh-sungguh,” tegas Gubernur VBL di depan peserta Rapat Kerja (Raker) bersama Bupati, para Camat, Lurah, para Kades, tenaga kesehatan dan tenaga pendidikan se-Kabupaten Belu di Graha Kirani, Atambua, Selasa (11/2/2020).
Ikut hadir Wakil Bupati Belu, Drs Ose Luan, Plh. Sekda Belu, Drs. Marsel Mau Meta, unsur Forkompinda Belu, pimpinan OPD lingkup Pemerintah Provinsi NTT dan OPD lingkup Pemkab Belu serta para Camat, Lurah dan Kades.
Menurut Gubernur VBL, sejak dilantik 5 September 2018 bersama Wagub Josef Nae Soi, pihaknya baru belajar menjadi orang pemerintah. “Saya selama ini wirausaha dan DPR RI. Karena itu, saya belajar menjadi orang pemerintah. Memang di dalam birokrasi ini perlu ada gerakan dalam pelayanan publik,” tandas Gubernur dan menambahkan, “RPJMD sudah ada tetapi di lapangan tidak cocok”.
Dijelaskan, Kabupaten Belu memang sudah ada perubahan dan pertumbuhan yang baik. “Tapi kalau tanya Gubernur yang punya mimpi besar ini maka Bapak Wily Lay dan Bapak Ose Luan harus naik 10 kali lipat dari sekarang,” ucap Gubernur.
Sebagai birokrat, sebut Gubernur, ia menginginkan agar mental dan cara kerja birokrasi harus birokrat enterpreneur/wirausaha. “Birokrat yang tahu berapa uang yang dikeluarkan dan berapa uang yang harus kembali,” jelas Gubernur VBL.
Bahkan ada gagasan yang unik dan menarik yang dilontarkan Gubernur VBL terkait kinerja para birokrat di NTT. “Nanti saya lapor Bapak Presiden, kami di NTT buat Pergub kalau birokratnya kinerja baik maka gaji dan insentifnya baik. Kalau mereka kinerjanya buruk maka gaji dan insentifnya hilang,” kata Gubernur VBL, disambut sorai tepuk tangan dari para hadirin.
Menurut Gubernur, kalau berbagai kebijakan yang dikeluarkan atau diputuskan ini berdampak terhadap ketidaksukaan masyarakat, tidak apa-apa. “Kalau tidak suka dengan saya tidak apa-apa yang penting kalian berubah. Karena itu, mari kita bekerja dengan sungguh-sungguh. Akal dan hati kita harus searah,” pinta mantan Ketua Fraksi Partai Nasdem DPR RI.
Gubernur VBL juga mengharapkan dukungan dan kerja-kerja kolaboratif antara pemerintah, lembaga agama, dan pihak Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). “Cara berpikir dan bekerja kolaboratif ini di tingkat provinsi mulai jalan. Saya harap di kabupaten/kota se NTT termasuk di Kabupaten Belu juga harus seperti itu,” tandas Guernur VBL, yang saat itu tampil mengenakan busana adat dari Kabupaten Belu. (valeri/jdz)