Waspadai Kredit Fiktif! Ada Upaya ‘Rampok’ Bank NTT untuk Amankan Paslon Tertentu di Pilgub

oleh -38 Dilihat

Gedung Bank NTT Cabang Khusus Kupang.

KUPANG, mediantt.com – Tanpa ada situasi yang darurat-gawat di Bank NTT, tiba-tiba saja Bank bemoto Melayani Lebih Sunggu itu akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB), Kamis (14/11/2024). RUPS-LB yang terkesan mendadak ini disinyalir ada kepentingan politik untuk mendanai salah satu paslon di Pilkada NTT. Artinya, ada upaya perampokan bank untuk tujuan politis.

Informasi dari sumber terpercaya di lingkungan Kantor Gubernur NTT menyebutkan, Penjabat Gubernur NTT Andriko Noto Susanto belum lama ini mengadakan pertemuan dengan Yohana Lisapaly, Susana Federika Ayi Saye, Doris Rihi dan sejumlah nama lain. Pertemuan tersebut berlangsung di Rujab Gubernur NTT.

“Yang ke rumah jabatan ada Yohana Lisapaly, Doris Rihi dan salah satunya istri Hila Minggu. Pertemuan itu terkait Bank NTT,” sebut sumber itu melalui WhatsApp, Senin (4/11/2024) lalu.

Untuk diketahui, Yohana Lisapaly adalah mantan pejabat Pemprov NTT yang sudah pensiun dari ASN dan kini menjabat sebagai Sekretaris DPW NasDem NTT. Sementara Susana Saye adalah kader NasDem yang pada Pileg lalu maju sebagai caleg DPRD Kota Kupang Dapil Maulafa. Susana juga adalah istri dari Hilarius Minggu, Direktur Dana sekaligus Plt. Direktur Kredit Bank NTT saat ini. Sedangkan Doris Rihi adalah Kepala Biro Pemerintahan Setda NTT.

Informasi terkait pertemuan Pj. Gubernur dengan elit Nasdem NTT dan nama-nama di atas juga dibenarkan oleh sumber di internal Bank NTT.

“Benar ada pertemuan itu,” kata sumber di internal Bank NTT yang enggan namanya disebutkan ketika diwawancara pada Minggu (10/11/2024) malam.

Sumber itu juga membenarkan soal RUPS-LB Bank NTT yang akan digelar dalam waktu dekat. Dan menurutnya, ada skenario besar di balik pelaksanaan RUPS-LB kali ini. Skenario tersebut berkaitan erat dengan kepentingan politik jelang Pilkada yang sudah di depan mata.

“Ini terkesan mendadak karena pemanggilan (undangan) RUPS biasanya dilakukan dalam waktu paling lambat 14 hari sebelum RUPS dilaksanakan. RUPS harus segera dilaksanakan karena bupati dan walikota selaku pemegang saham semuanya penjabat,” kata sumber itu.

Sumber yang sama ini menerangkan, ada beberapa agenda RUPS-LB kali ini. Antara lain pembahasan tentang KUB (Kelompok Usaha Bank) sebagai strategi pemenuhan modal inti serta perubahan pengurus (Direksi dan Komisaris). Kemudian ada lelang jabatan yang lowong.

“Di internal kami, Pak Hila itu disebut-sebut jadi Plt Dirut gantikan Pak Umbu Praing, meski beliau sekarang sakit-sakitan. Pak Sekda (Kosmas Lana, red) yang sudah dapat persetujuan dari OJK jadi Komut, kemungkinan besar tidak jadi dilantik. Ini sama persis yang terjadi dengan Pak Sony Pellokila di tahun 2021 lalu. Sudah lolos uji kelayakan sebagai Direktur Pemasaran Dana di OJK, tapi kemudian batal lantik karena perubahan nomenklatur dari Direktur Pemasaran Dana jadi Direktur Dana dan Treasury,” terangnya.

“Kemudian jabatan direksi dan komisaris yang lowong nantinya dilelang. Jadi RUPS-LB kali ini ada upaya untuk mengakomodir kembali mantan pejabat Bank NTT yang diberhentikan pada RUPS sebelumnya,” sambung sumber itu.

RUPS-LB Bank NTT, lanjut sumber itu, harus segera digelar sebelum Pilkada agar ada Plt Dirut yang baru. Dengan demikian, kepentingan pendanaan bagi salah satu paslon gubernur bisa terakomodir.

“Dirut yang mereka pilih bisa akomodir kepentingan salah satu paslon untuk pemberian kredit fiktif di seluruh kantor cabang. Karena sekarang sudah ada pengajuan pinjaman dari perusahaan-perusahaan yang tidak jelas. Belum lagi CSR, bantuan untuk gereja, masjid, kelompok masyarakat dan lain-lain. Mereka bisa kendalikan dalam waktu yang sisa sebelum Pilkada,” jelas sumber itu.

“Kami berharap tidak ada praktik penyaluran kredit fiktif yang terjadi seperti sebelum-sebelumnya. Tapi kalau RUPS-LB digelar dan pengurusnya dirombak seperti yang saya jelaskan di atas, maka bukan tidak mungkin praktik ini terulang. Jangan lupa, pembelian MTN senilai Rp 50 miliar yang dipaksakan itu terjadi di Maret 2018 dan Pilkada 2018 digelar di bulan Juni. Jangan lupa juga kredit fiktif Rp 100 miliar untuk PT Budimas Pundinusa, dan lain-lain,” tegas sumber itu.

Hingga berita ini diturunkan, media ini masih berusaha untuk meminta klarifikasi dari Pj. Gubernur NTT, Andriko Noto Susanto.

Sementara Komisaris Independen Bank NTT, Frans Gana ketika konfirmasi terkait pelaksanaan RUPS-LB mengaku undangan RUPS belum disebarkan.

“Undangan belum disebarkan. Setelah itu saya info ya,” sebut Frans Gana kepada RakyatNTT.com melalui pesan WA pagi ini, Senin (11/11/2024).

Frans Gana kembali meminta bersabar untuk menunggu info lanjutan, ketika media ini bertanya lebih lanjut apakah RUPS-LB masih bisa digelar pada Kamis (14/11/2024), sementara undangan belum disebarkan.

“Sorry. kotong tunggu sa ko,” seraya berharap media membuat berita yang positif agar Bank NTT terhindar dari risiko reputasi. (tommy aquino/jdz)